Hari Rabu tanggal 06 Agustus 2014 adalah momen bersejarah. Setidaknya bagi keluarga besar Kementerian Agama Kantor Kota Bandung. Pada hari itu, KUA Kecamatan Gedebage dikukuhkan menjadi KUA Teladan Ke-1 Tingkat Provinsi Jawa Barat. Kebahagiaan terpancar dari sejumlah komponen. Di dalamnya antara lain “warga” KUA Kecamatan Gedebage itu sendiri. Sebut saja Agus Syarifudin (30). Pegawai honorer yang sehari-hari berjihad dengan memelihara tataletak ruangan dan kebersihan kantor, dengan berbinar-binar menyatakan kebahagiannya. “Alhamdulillah, saya sangat senang, kita (KUA Gedebage) bisa jadi juara di Jawa Barat” tegasnya. “Saya berharap, kita juga bisa berbicara di tingkat Nasional” tambahnya.
Secara prinsip, keberhasilan menjadi Juara 1 KUA Teladan tingkat Provinsi Jawa Barat, adalah kerja akumulatif. Di dalamnya ada akumulasi sinergitas, konsistensi, semangat melayani, dan terutama tidak mudah puas dengan semua pencapaian yang ada.
Hal yang disebut terakhir dikuatkan oleh Hari Teguh Prasetya (37). Pria “pituin” Tasikmalaya, yang menjadi operator SIMKAH di KUA Gedebage ini dengan penuh semangat menegaskan. “Kalau saja ada pemilihan KUA Teladan Tingkat Dunia Akhirat, kita harus siap”. Pernyataan tersebut bukan isapan jempol belaka. “Karena, semangat itulah yang akan mematahkan perasaan puas”. Tegasnya. “Dan ketika orang mudah puas dengan pencapaian yang ada, kecenderungan untuk terus berpacu akan sulit bertumbuh” pungkasnya.
“Semangat Melayani” merupakan keyword lain dalam pencapaian prestasi sebagai KUA Teladan. Dari semangat ini akan muncul perilaku melayani. Dan muaranya, prilaku ini akan menjadi habits (kebiasaan). Jika sudah jadi kebiasaan, maka semua bentuk pelayanan akan diberikan dengan mudah dalam keadaan riang gembira.
Kebiasaan melayani perlu diimbangi dengan konsistensi. Pengimbangan yang dimaksud adalah pemeliharaan kualitas layanan. Sehingga, kualitas pelayanan yang diberikan kepada siapa pun akan selalu berpatokan pada standar pelayanan yang dijanjikan.
Nilai lain dari konsistensi adalah perwujudan kata-kata. Maksudnya, janji layanan, alur pelayanan, standar kualitas pelayanan, dan berbagai bentuk lainnya, menjelma dalam bentuk tindakan. Tidak hanya dalam bentuk kata-kata dan tulisan semata. Hal ini ditegaskan oleh Toto Supriyanto (38), “Semua pencapaian prestasi—termasuk menjadi KUA Teladan—meniscayakan adanya kesebangunan” tegasnya. “Sebangun antara tutur dengan laku, sebangun antara kata dengan tindakan, sebangun antara janji dengan realisasi” imbuhnya. “Kami selalu berusaha untuk tetap belajar agar kesebangunan itu tetap terjaga”.
Sekarang, tugas terbesar adalah membuat kelompok mastermind. Maksudnya, dengan membangun jejaring semangat pelayanan. Kalau hari ini KUA Gedebage telah merasakan manisnya pencapaian prestasi, maka pada saat yang sama mempunya tugas untuk menyebarkan kepada KUA-KUA lainnya, sehingga bertumbuhlah prestasi-prestasi di setiap tempat. Dan, itulah yang dimaksud mastermind.
Selamat melanjutkan khidmat sebagai pelayan. Selamat berprestasi pada setiap desah nafas di sisa umur kita.