بِسْــــــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم

Kepompong Ramadhan

KEPOMPONG RAMADHAN
Shaum ternyata tidak hanya dilakukan oleh manusia saja. Shaum dilakukan oleh binatang juga. Bedanya, barangkali, manusia melakukan shaum karena berpijak pada kewajiban yang diembannya, sedangkan binatang melakukan shaum karena kebutuhannya.
Hewan yang melakukan ‘shaum’ di antaranya adalah ulat dan ular. Ulat berpuasa selama melakukan metamorfosis. Semula ulat adalah makhluk yang menjijikan, atau bahkan bagi sebagian orang termasuk makhluk menakutkan. Tapi, setelah sang ulat ‘shaum’, jadilah ia seekor kupu-kupu. Makhluk yang indah penebar manfaat, bahkan selalu membawa selaksa rahasia.
Perhatikan misalnya, sang kupu-kupu hinggap di setangkai bunga. Dia membantu penyerbukan. Inilah kenapa kupu-kupu disebut bermanfaat. Jika dia masuk ke dalam sebuah rumah, tuan rumah—terkadang—berdebar-debar, siapa gerangan tamu yang akan datang? Apalagi jika di rumah tersebut ada seorang gadis, sang gadis dan orang tuanya kadang merasa berbunga-bunga, siapa gerangan pemuda yang akan datang ke rumah? Inilah kenapa kupu-kupu disebut membawa selaksa rahasia.
Situasi imaginer yang terkait dengan kupu-kupu tersebut tidaklah terlalu penting. Yang paling penting adalah, ulat melakukan ‘shaum’, lalu menjadi pribadi baru yang mengagumkan. Padahal sebelumnya dia makhluk menjijikan atau bahkan menakutkan.
Makhluk yang kedua yang melakukan ‘shaum’ adalah ular. Setiap ular mau berganti permukaan kulitnya, sang ular melakukan shaum. Seganas apapun sang ular itu, dengan bisa racun yang dimilikinya, pada saat ‘shaum’, dia tidak berdaya apa-apa. Tapi, apa yang terjadi setelah dia menyelesaikan ‘shaum’ dan berganti kulitnya? Sang ular kembali ganas, dan keganasannya semakin menjadi-jadi. Singkatnya, shaum yang dilakukan sang ular tidak berhasil mengubah pribadinya yang ganas, malah semakin mendorong keganasan sebelumnya.
‘Shaum’ yang dilakukan oleh ulat dan ular, barangkali cermin shaum yang kita lakukan. Jika denga shaum kita dapat mengubah pribadi dari margin negatif menjadi pribadi yang berada pada domain positif, berarti kita sebangun dengan shaum sang ulat.
Namun, jika kita melakukan shaum, dan setelah shaum pribadi kita tidak ada perubahan positif, berarti shaum kita serupa dengan ‘shaumnya’ sang ular.
Demikianlah Allah menciptakan segala sesuatu tanpa sia-sia. Bahkan dalam penciptaan ulat dan ular pun ada pelajaran yang dapat kita ambil. Mahabenar Allah atas Firman-Nya: Q.S. Al-Baqarah: 26 yang Artinya:
“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, Maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?." dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah,dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik”

Jadi, shaum kita shaum apa? Shaum ulat atau shaum ular?
Wallâhu a’lam bi al-Shawâb.

Oleh: Siti Nurrohmah (Penyuluh Agama)

1 comment

9 Januari 2012 pukul 14.13

Salam. wah, koq materi blog nya ga ada yang fresh, ya?

Posting Komentar